Mengapa Membangun Bisnis (Start Up) Sendiri

Saya adalah anak dari pasangan orang tua yang bekerja sebagai Pegawai Negeri. Dalam proses tumbuh kembang saya, tidak pernah ada obrolan atau diskusi tentang membangun sebuah bisnis. Namun demikian, sejak usia SMA, entah bagaimana saya menangkap sebuah visi yang saya lihat dari sebuah acara presentasi bisnis.

Bayangkan, seorang anak SMA, punya energi yang besar, kondisi fisik yang prima, punya visi bisnis untuk masa depannya. Kekurangannya saat itu adalah saya belum bertemu dengan mentor yang tepat. Akibatnya visi itu sempat terkubur, dan saya pun kembali menjalani perjalanan hidup saya, lulus SMA, lanjut kuliah ke Fakultas Psikologi Unpad. Lulus kuliah pun, saya kembali merintis karir di bidang HR, di salah satu perusahaan swasta terbesar di negeri ini.

Visi yang lama terkubur itu ternyata tidak benar-benar hilang. Di saat tertentu, ia muncul mengingatkan saya kembali. Saat bekerja sebagai pegawai, gambaran visi yang dahulu sering saya lihat, muncul kembali. Sebagai seorang pegawai, memimpikan kehidupan seorang pebisnis yang fleksibel, tentu bukanlah hal yang mudah. Mudah untuk dibayangkan, namun cukup sulit untuk melalui proses transformasinya.

Pertanyaan yang sering saya terima adalah, “Apa yang membuat seorang Wiwied memutuskan untuk menjadi seorang Entrepreneur / wirausaha / pebisnis?”
Jawabannya berlapis seperti kue lapis. :-p

  1. Sebagai pegawai, income saya ditentukan oleh bos pemberi kerja. Sebagai pebisnis, income saya ditentukan oleh diri saya sendiri, usaha saya sendiri. Kondisinya dari waktu ke waktu tidak pasti. Betul sekali, karena tidak pasti maka ia berpotensi menghasilkan income yang luar biasa besar dari waktu ke waktu.
  2. Sebagai pegawai, waktu kerja kita ditentukan oleh bos pemberi kerja, kita diatur olehnya. Sebagai pebisnis, waktu kita yang kendalikan. Kapan mau bekerja, kapan mengurus keluarga, kapan beribadah.
  3. Pengembangan diri. Sebagai pegawai, pengembangan diri kita ditentukan oleh kurikulum yang dibuat oleh perusahaan. Sementara saat menjadi pebisnis, kita bisa menentukan kurikulum pengembangan diri kita sendiri.
  4. Sebagai pegawai, saya membantu seseorang mencapai impiannya. Ibarat kata membangun rumah di tanah milik orang lain. Sebagai pebisnis, saya membangun mimpi saya sendiri. Ibarat kata membangun rumah di tanah milik sendiri. Sesuatu yang bisa saya wariskan kepada generasi penerus.

Bersyukur saat ini saya sudah dipertemukan dengan sebuah bisnis yang tanpa modal besar, tanpa risiko, tanpa stok barang, tanpa sewa kantor, tanpa bayar pegawai, memberikan percepatan income dan bisnisnya dapat diwariskan.

Apa alasan terbesar yang mendorong Wiwied mau melakukannya? Jawabannya adalah KELUARGA.

Sebagai Kepala Keluarga, saya ingin menjadi suami yang baik bagi pasangan saya. Sebagai Ayah, saya ingin menjadi Ayah yang baik, Ayah yang bisa mendampingi anak-anaknya saat mereka membutuhkan. Semua itu sudah saya visualisasikan dalam teate pikiran saya. Beberapa hal sudah mewujud menjadi kenyataan.

Bagi pembaca yang ingin mencari tahu peluang bisnis apa yang saya jalankan? Feel free untuk meninggalkan komentar.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

"Jangan membandingkan hidupmu dengan hidup orang lain, kenapa?? Karena tidak ada perbandingan antara matahari dan bulan, mereka bersinar saat waktunya tiba"

Dhiyaa

User not found

Halo MIFTAHUL MUKHLISIN

Tekan Menu Bawah/Atas untuk mengedit.

Yuk.. Bantu Teman Punya Website!

Syarat & Ketentuan berlaku.

promo

40% OFF

Transfer Bank ;

Bank Mandiri

No.Rek 162-00-8000008-0

An. Laode Muhamad Abdi

 

Kirim bukti transfer ke email :

[email protected]